A. Neraca Pembayaran
Interaksi ekonomi antara pihak domestik dengan luar negeri tidak hanya terjadi dalam bentuk transaksi perdagangan barang dan jasa, tetapi juga dalam bentuk masuk-keluarnya modal ke dalam ataupun ke luar negeri. Catatan yang menunjukkan nilai berbagai jenis transaksi yang terjadi antara suatu negara dengan negara yang lain disebut sebagai "Neraca Pembayaran" (Balance of Payment)
Neraca pembayaran terdiri dari :
a. Transaksi Berjalan (Current Account), untuk menunjukkan proses ekspor-impor
b. Neraca Modal (Capital Account), untuk menunjukkan kegiatan kapitalisasi
Neraca Pembayaran surplus artinya nilai ekspor yang lebih tinggi dari impor, dimana berarti aliran dana masuk dari luar negeri lebih besar daripada aliran dana yang keluar ke luar negeri dan sebaliknya jika dikatakan defisit.
Transaksi Berjalan triwulan ke III tahun 2009, menurut Bank Indonesia adalah US $ 1,7 miliar dengan cadangan devisa sebesar US $ 62,3 miliar ... http://www.inilah.com/berita/ekonomi/2009/11/17/181769/neraca-pembayaran-surplus-us$35-miliar/ ...
Dampak terjadinya surplus atau defisit neraca pembayaran akan mempengaruhi nilai tukar dari mata uang domestik terhadap mata uang asing. Apresiasi adalah terjadinya kenaikan nilai relatif terhadap mata uang asing dan depresiasi sebaliknya :-)
Jika terjadi peningkatan ekspor yang besar, maka akan terjadi peningkatan pembayaran pihak asing terhadap domestik. Walaupun dibayar dengan menggunakan US$, tetapi harus ditukarkan ke Rp, hal inilah yang menyebabkan naiknya permintaan Rp sehingga terjadi apresiasi terhadap Rp.
Nah terjadi hal yang sebaliknya, untuk membayar barang2 impor kita butuh US$, sehingga nilai Rp. terdepresiasi ...
B. Tahap Berikutnya ... Apresiasi Rp.
Jika nilai Rp. terapresiasi apa saja akibatnya ? ... Salah satunya adalah anjloknya daya saing ekspor ... http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/10/19/05144294/penguatan.rupiah.haruskah.dikhawatirkan ... artinya barang di Indonesia dianggap lebih mahal oleh pihak US/asing ... kalau ada barang lain sejenis yang lebih murah, misalnya made in Malaysia, pihak luar akan beli ke sana.
Nah pada kondisi ini Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral berperan penting ... mereka akan melakukan intervensi terhadap nilai Rp. dengan cara membeli membeli US$ sebanyak-banyaknya sampai nilai Rp. kembali pada jalan yang benar. Misalnya tadi Rp. 9.000,-/US$ didevaluasi menjadi Rp. 12.000,-/US$.
C. Depresiasi Rp.
Semakin terdepresiasi nilai Rp. maka ini sama saja menjual produk dalam negeri dengan discount gede-gedean (Big sale discount) bagi pihak asing ... apalagi kalau yang dijual minyak ... hehehe. Menurut Soeharsono Sagir, pengamat ekonomi dari Unpad, menjelaskan bahwa inflasi di tahun 1997 merupakan dampak dari depresiasi rupiah ... http://www.tempo.co.id/ang/min/02/44/kolom4.htm ... yang kemudian menyebabkan timbulnya krismon.
Inflasi atau harga-harga melambung tinggi terjadi akibat biaya produksi yang tinggi terutama bagi perusahaan yang menggunakan bahan baku impor seperti gandum (untuk membuat roti atau mie), karena mereka harus membeli dengan menggunakan US$.
(Pertanyaan penting, kenapa tahun 97-98 rupiah bisa terdepresiasi dengan sangat cepat ?)
Lalu BI pun melakukan tugasnya kembali yaitu menjual US$ sebanyak-banyaknya agar agar nilai Rp. pun stabil, tapi semampu apa BI bisa menjual US$ ... wong cadangan US$nya terbatas ... :-)
mudah2an ada yang bisa menambahkan artikel ini ...
Sunday
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment