Sunday

Buruh dan Kapitalisme

Lenin pernah memberikan pujian kepada Marx, ketika Marx memberikan kritiknya secara tertulis kepada Partai Persatuan Pekerja Jerman (United Workers' Party of Germany) yang kemudian berkas tertulis tersebut dikenal sebagai "Critique of the Gotha Programme". Lenin mengatakan,

"The great significance of Marx's explanation is, that here too, he consistently applies materialist dialectics, the theory of development, and regards communism as something which develops out of capitalism" (Lenin Collected Works, Volume 25, p. 471)

Namun demikian nampaknya apa yang dicita-citakan dan diramalkan oleh Marx, yaitu perubahan dari masyarakat kapitalis menjadi masyarakat sosialis secara umum tidak terjadi. Dan jika dilihat dari konteks perburuhan serta tindakan perburuhan seperti aksi-aksi demonstrasi, pemogokan dan lainnya, maka tindakan-tindakan tersebut sama sekali bukan untuk kepentingan revolusi sosial, yaitu menggantikan ideologi kapitalis dengan sosialis, sebaliknya justru untuk meneguhkan tatanan ekonomi yang seharusnya dihancurkan mereka.

Dahrendorf (1986) mengidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan buruh tidak bertindak secara radikal yang sehingga konflik terbuka dan masal tidak terjadi, diantaranya :

(1) Decomposition of Capital (Penyebaran Modal)

Hal ini terlihat jelas dalam diferensiasi pemilikan modal, dimana peran pengusaha sebagai pemilik dan manajer yang tadinya menyatu kemudian telah dipisahkan menjadi dua posisi, yakni sebagai pemegang saham dan eksekutif perusahaan. Dan pada saat ini berkembang konsep (bahkan di sebagian perusahaan telah terjadi) bahwa buruh pun dapat memiliki saham perusahaan atau yang dikenal sebagai "Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan (PKSK)"

Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan (PKSK) merupakan suatu program yang memungkinkan partisipasi karyawan untuk memiliki saham perusahaan atau induk perusahaan tempat mereka bekerja. Program ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan memberikan saham secara cuma-cuma (stock grant), menjual saham kepada karyawan, atau dengan memberikan opsi kepada karyawan untuk membeli saham perusahaan selama periode tertentu.

PKSK dilakukan pertama kali pada tahun 1950 di Amerika Serikat, dan saat ini telah menjadi praktek yang umum dilakukan dalam dunia usaha baik di negara maju maupun di negera berkembang. Dengan adanya kepemilikan karyawan pada perusahaan atau induk perusahaan tempat mereka bekerja, diharapkan motivasi dan komitmen para karyawan akan meningkat sehingga pada akhirnya juga akan meningkatkan nilai perusahaan.

Sehingga demikian menurut Laclau dan Mouffe (1999) argumen basis (superstruktur) Marxisme lemah karena terjebak esensialisme. Esensialisme ini dapat dilihat dari keyakinan bahwa identitas itu bisa disimplifikasi dan dikotak-kotakan secara tetap-pasti dalam konsep-konsep seperti "individu", "kelas" dan "masyarakat"

Esensialisme inilah yang ditolak oleh Laclau dan Mouffe. Menurut mereka benar dalam kurun waktu tertentu, orang-orang menempati apa yang disebut sebagai subyek "kelas pekerja". Namun pada lain waktu, mereka akan mengisi "posisi subyek" yang justru bertentangan, yang artinya tak ada seorang pun yang secara konsisten dapat menjadi subyek "kelas pekerja", sehingga menurut Laclau dan Mouffe, esensialisme membuat Marxisme membingungkan secara teoritis.

Sebuah contoh lain yang bisa dirujuk misalnya, posisi seorang pegawai yang dirumahnya memiliki pembantu. Di kantor ia "kelas pekerja", tetapi di rumahnya identitas dia berubah menjadi "borjuis". Marxisme klasik sangat pukul rata dan tidak terlalu melihat perbedaan ini sebagai sesuatu yang penting dalam artikulasi dan identitas politik.

(2) Skillfull Labour

Kaum proletar dalam masyarakat industri bukan lagi merupakan golongan massa buruh yang tidak terampil. Sebaliknya semakin besar kecenderungan jumlah buruh semi terampil dan terampil. Akibatnya terjadi heterogenisasi di kelas proletar dan meningkatnya mobilitas vertikal di kalangan buruh yang terlatih yang pada akhirnya menciptakan suatu kelas menengah baru yang berasal dari strata proletar.

Inilah yang dikatakan bahwa masyarakat industri ditandai dengan tumbuhnya kelas menengah baru. Marx telah mengidentifikasikan kehadiran golongangan ini, namun dalam perkembangannya seiring dengan polarisasi yang memuncak, menurut Marx, golongan ini akan menggabungkan diri dengan kelas proletar. Namun faktanya kehadiran kelas menengah baru justru menghilangkan batas ekstrim diantara kelas atas dan bawah.

(3) Institusionalisasi Konflik Kelas

Pada saat ini perselisihan yang terjadi diantara pemilik modal dan buruh dapat difasilitasi melalui prosedur arbitrasi industrial, yang mengurangi dampak tindakan-tindakan perburuhan yang bersifat merugikan kedua belah pihak. Bahkan terkadang permasalahan dapat diselesaikan cukup dengan melakukan proses mediasi (bipartit) tanpa harus melibatkan pihak ketiga

Simpulan

Kompleksitas permasalahan perburuhan kontemporer sangatlah tinggi, satu hal yang penting yang tidak terduga oleh Marx adalah mobilitas vertikal yang terjadi pada kaum buruh yang menyebabkan esensialisme (Marx) tidak dapat digunakan ataupun menjadi landasan teoritis bagi praktek perburuhan modern, sehingga kondisi atau hipotesis terjadinya revolusi sosial perlu dikritisi dan dikaji ulang.

Hal ini semakin menarik jika melihat jumlah serikat buruh terbesar di dunia ada di negara yang paling kapitalis di dunia yaitu Amerika Serikat, dengan organisasinya yang bernama American Federation of Labor-Congress of Industrial Organizations (AFL-CIO) yang mewakili 10 juta buruh. Program mereka pun bercorak neoliberal,

"Programs serve a variety of goals. For example, the AFL-CIO Building Trust enables union pension and health funds to invest in the for-profit Building Investment Trust. The Trust then uses this capital to construct office buildings, hotels, housing developments, and other capital construction. Some profits are kept by the Trust to build its investment capabilities, the rest are distributed to the investors. Other programs serve goals such as the banking needs of individual union members (AFL-CIO Credit Union) or to provide credit card and other consumer services (Union Privilege)" (http://en.wikipedia.org/wiki/AFL-CIO)

Dengan demikian, sebuah hipotesis yang dapat diajukan, di masa yang akan datang stigma buruh sebagai pembela panji-panji Marxisme pelan-pelan akan bergeser ke arah yang berlawanan yaitu memperkokoh paku-paku kapitalisme. Dimana tindakan-tindakan revolutif akan berganti menjadi konsultatif, dialog dan mufakat dimana produk akhirnya bukan sebuah perlawanan tetapi kesepakatan atau meminjam istilah Erich Fromm (1980), "yang saya maksudkan disini bukan diarahkan untuk 'melawan sesuatu, melainkan 'demi' sesuatu"

Pustaka :

(1) Dari Pembangkangan Menuju Sosialisme Humanistik. Pelangi Cendikia. 2006.
(2) Hegemoni dan Strategi Sosialis. Ernesto Laclau & Chantal Mouffe. Resist Book. 2008.
(3) Reposisi Gerakan Buruh. Rekson Silaban. Pustaka Sinar Harapan. 2009.
(4) Tindakan-tindakan Perburuhan (Dalam "Sosiologi Industri"). Iqbal D.
(5) http://www.marxists.org/archive/marx/works/1875/gotha/index.htm
(6) http://en.wikipedia.org/wiki/AFL-CIO
(7) http://made-tirthayatra.blogspot.com/2009/06/program-kepemilikan-saham-bagi-karyawan.html

No comments:

Post a Comment